May 27, 2020

Serba Serbi Bantuan Langsung Tunai

By Tirto

Bantuan langsung tunai atau yang biasa disingkat menjadi BLT adalah sebuah program dari pemerintah Indonesia dalam masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 atau periode pertama pemerintahan SBY. Diklaim sukses karena bisa mengurangi kemiskinan di Indonesia, program BLT dilanjutkan hingga tahun 2009 atau periode kedua masa kepemimpinan presiden SBY. Namun akhirnya, program ini berganti nama menjelang berakhirnya masa kepemimpinan beliau. Tepat pada tahun 2013 silam, program ini berubah menjadi BLSM atau Bantuan Langsung Sementara Masyarakat.

Sejarah Bantuan Langsung Tunai

Indonesia sendiri bukan negara pertama yang menerapkan sistem bantuan ini. Jika ditarik mundur ke belakang, Brazil menjadi negara yang menerapkan program bantuan langsung tunai pertama kali dengan istilah Conditional Cash Transfer atau CCT. Dianggap sukses karena bisa membantu rakyat berjuang untuk melewati garis kemiskinan membuat beberapa negara berusaha mengadopsi dan juga mengadaptasikan dengan kondisi masing-masing, termasuk Indonesia yang akhirnya mengeluarkan program ini untuk masyarakat hampir miskin, miskin, dan sangat miskin.

Program bantuan langsung tunai sendiri menjadi penyeimbang kala terjadinya kenaikan bahan bakar minyak dunia. Harga bahan bakar yang melambung tinggi membuat sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi karena naiknya harga BBM juga menjadi katalis untuk menaikkan harga pangan dan konsumsi lain. Dengan adanya bantuan langsung tunai, pada waktu itu presiden SBY berharap masyarakat tidak terjerembap dalam lubang kemisikan yang semakin dalam. Setidaknya, masyarakat miskin memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pro Kontra Bantuan Langsung Tunai

Akan tetapi, konversi dari subsidi minyak kepada bantuan langsung tunai ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat dan pengamat. Bagi para pendukung SBY di periode pertama dan kedua, program bantuan langsung tunai dianggap sebagai solusi terbaik saat itu dan terbukti ampuh dalam menolong masyarakat dalam tiga kategori yang sudah disebutkan tadi. Sedangkan dalam perspektif oposisi dan pengamat ekonomi, sosial, dan juga budaya, program bantuan langsung tunai ternyata dianggap tidak menghasilkan dampak yang signifikan.

Bahkan dalam penerapannya sendiri yang kacau dan tidak terorganisir, muncul korban jiwa yang cukup banyak. Para korban jiwa kebanyakan adalah lansia yang diharuskan mengantri dan bahkan berdesak-desakan dengan penerima bantuan langsung tunai yang lain. Kekacauan semakin tidak bisa terhindarkan mengingat data penerima yang tidak terverifikasi secara menyeluruh. Banyak pengamat yang menganggap bahwa penerima bantuan langsung tunai tidak tepat sasaran. Ada masyarakat yang seharusnya menerima justru tidak menerima. Sedangkan masyarakat mampu justru menerima bantuan langsung tunai.

Hal lain yang paling disorot dari penerapan program bantuan langsung tunai adalah oposisi menganggap bahwa program ini digunakan hanya untuk menaikan popularitas SBY pada saat itu. Dengan basis militer yang kuat, presiden SBY memang kurang populer di kalangan masyarakat. Dibuatlah program bantuan langsung tunai guna menarik hati para masyarakat sehingga di masa kampanye selanjutnya masyarakat sudah mengenal sepak terjangnya. Program populis ini ternyata benar-benar menjadi senjata ampuh bagi SBY untuk melanjutkan periode keduanya.

Hal lain yang menjadi kontroversi adalah asal muasal dana bantuan langsung tunai. Temuan BPK menunjukan bahwa dana bantuan langsung tunai berasal dari hutang. Alih-alih mensejahterakan rakyat sembari mengurangi rasio hutang, Indonesia justru menambah lebih banyak hutang dan di saat yang bersamaan gagal mendongkrak masyarakatnya untuk keluar dari jurang kemiskinan. Hal ini sempat menjadi kontroversi saat itu dan SBY seolah acuh dengan fakta dan temuan BPK sembari tetap memberikan bantuan langsung tunai kepada masyarakat Indonesia.

Kontradiksi terakhir dari program BLT adalah pernyataan pengamat yang menganggap bahwa program tersebut tidak memberikan pendidikan yang baik. Masyarakat Indonesia menjadi terbiasa meminta-minta tanpa perlu bekerja keras. Sebenarnya, jika program BLT dilakukan secara tepat maka akan ada nilai yang bisa diambil dalam prosesnya. Hanya saja program ini terbukti menunjukkan sifat keserakahan manusia. Mereka yang tidak berhak justru berusaha keras agar mendapatkan bantuan yang bukan haknya.

Kesimpulan

Program bantuan langsung tunai, ataupun program lain yang ada di situs pemberitahuan.com, merupakan sebuah program yang sebenarnya sangat baik karena bertujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Hanya saja sistem pendataan, pembagian, hingga proses evaluasinya jauh dari kata sempurna sehingga program yang awalnya bertujuan baik justru menimbulkan kontroversi yang panjang.

Pemerintah Indonesia sendiri dianggap gagal dalam menerapkan program bantuan langsung tunai kepada masyarakat yang membutuhkan. Apalagi dana yang digunakan berasal dari hutang, yang membuat masa depan Indonesia semakin sulit karena selalu terseret hutang dari negara lain atau lembaga seperti IMF. Semoga ke depannya Indonesia bisa memberikan bantuan dengan model yang pas bagi seluruh rakyatnya agar sejahtera.