October 5, 2020

Rumah Kayu Jawa Joglo

By Tirto

Anda tentu sering melihat rumah-rumah dari bahan kayu yang kental dengan nuansa jawa tradisional. Meski rumah kayu Jawa tersebut nuansanya sangat terkesan kuno, tetapi biaya pemabangunan rumah ini tergolong mahal. Oleh karenanya, kini rumah tradisional jawa yang kental dengan ukiran kayu, biasanya dibangun masyarakat kalangan menengah ke atas.

Kayu yang digunakan untuk pembuatan rumah joglo juga bukanlah kayu sembarangan. Biasanya para penjual mendapatkan stok kayu dari hasil konservasi atau kayu jati lawasan, sehingga nilai sejarahnya cukup tinggi. Hal ini jugalah yang membuat rumah tradisional jawa bernilai tinggi. Harganya akan semakin tinggi lagi, jika rumah dijual dalam kondisi yang lengkap dan banyak ukiran.

Bukan hanya unsur sejarah yang menentukan harga rumah jawa jadi lebih tinggi, melainkan juga unsur seni yang ada di dalamnya. Semakin rumit dan bermakna, maka semakin tinggi pula nilai seni dari rumah tradisional jawa. Kalau sudah begitu, harga rumah tradisional jawa ini juga akan semakin tinggi. Meski ada juga yang menjualnya dengan harga murah, namun hal ini sangat jarang ditemui.

Tentang Rumah Joglo Khas Suku Jawa

Bagi sebagian orang awam, rumah jawa biasa dikenal dengan istilah rumah joglo. Padahal, tidak semua rumah jawa adalah rumah joglo. Terdapat dua jenis rumah kayu jawa, yaitu rumah joglo dan rumah limasan. Memang jika dilihat sekilas, keduanya sangat mirip dan sulit dibedakan oleh orang awam. Namun, jika dicermati lagi, Anda mungkin saja bisa melihat perbedaan antara keduanya.

Rumah Joglo merupakan rumah tradisional Jawa yang sudah ada sejak dulu kala dan hampir digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat Jawa pada masanya. Ciri khas rumah joglo yang paling kentara adalah bentuk atapnya yang menyerupai puncak gunung. Hal ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat jawa pada masa lalu yang menganggap gunung sebagai simbol segala kesakralan.

Oleh karena itulah, rumah ini disebut sebagai rumah Joglo yang berasal dari kata “tajug” dan “loro” (dua) yang digabungkan. Secara makna, joglo bisa juga diartikan “dua tajug yang bergabung” atau rumah dengan dua tajug yang digabungkan. Beratapkan tajug dan pondasi terbuat dari kayu jati, tak heran jika rumah joglo menimbulkan kesan antik yang begitu melekat oleh siapa saja yang memandangnya.

Selain dari bentuk atapnya, ciri khas lainnya dari rumah joglo adalah ke empat tiang penyangga bangunan yang dikenal dengan istilah Soko Guru. Ke empat tiang ini tidak pernah absen dari pembuatan rumah joglo dan juga berfungsi sebagai tiang penopang utama dari rumah joglo. Namun, bukan hanya sebagai penopang, ke empat tiang ini memiliki makna filosofis yang begitu kental.

Secara filosofis, empat tiang ini merupakan simbol dari kekuatan 4 arah mata angin yang sangat diyakini kesakralannya oleh masyarakat Jawa. Di antara ke empat tiang ini berdirilah manusia di tengah empat penjuru mata angin tersebut. Oleh karena itu, setiap bangunan dengan gaya joglo, selalu memiliki 4 tiang utama yang menyangga pada bagian dalamnya.

Saat ini rumah joglo sudah tidak banyak digunakan untuk tempat tinggal atau bangunan rumah, melainkan lebih banyak digunakan untuk urusan bisnis, seperti pembuatan restoran, villa, café, tempat perhelatan, dan sebagainya. Kesan tradisionalnya justru menjadi daya tarik tersendiri. Selain kesan antik dan klasiknya yang bernilai estetika tinggi, rumah joglo juga tergolong ekonomis dari segi perawatannya.

Rumah Tradisional Jawa Limasan

Rumah tradisional jawa lainnya bernama rumah limasan atau disebut juga joglo lawakan. Rumah limasan jawa biasanya sering diketahui orang awam sebagai rumah joglo, padahal keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan ini terlihat pada atap rumah limasan yang cukup mirip dengan rumah tradisional Sumatera Selatan atau Palembang. Struktur rangkanya berupa batang kayu disusun sistem kubus dan atap limas.

Bangunan rumah tradisional jawa bergaya limasan ini tergolong lebih fleksibel, karena sambungan antar kayunya dibuat tidak saling kaku. Bangunan seperti rumah limasan ini termasuk bangunan yang aman terhadap guncangan, baik yang ringan maupun yang cukup kuat. Oleh karena itulah, rumah bergaya limasan juga sangat cocok digunakan di daerah yang rawan gempa.

Itulah perbedaan antara dua jenis rumah kayu tradisional adat jawa yang paling populer, yaitu rumah joglo dan limasan. Setelah mengetahui perbedaan antara keduanya, Anda bisa mengaplikasikan salah satu atau kedua gaya ini untuk rumah kayu minimalis Anda. Sehingga, rumah Anda terlihat lebih unik dan menarik di pandang mata.

Kini, banyak juga pemilik bangunan yang mengkonsepkan rumahnya serupa rumah kayu tradisional ala masyarakat Jawa tersebut. Namun, bangunan kayu masa kini lebih banyak yang membangun rumah kayu minimalis dibandingkan dengan rumah kayu tradisional. Ingat, rumah dengan material kayu seperti rumah tradisional jawa ini memerlukan konsep dan pertimbangan yang matang.